Mangkuk Ayam Jago
Negara asalnya (Tiongkok) tak hanya tenar sebagai perangkat makan sehari-hari. Mangkuk ayam jago merupakan perangkat makan yang wajib digunakan sebagai ‘seserahan’ dalam upacara pernikahan di Tiongkok.
Kisahnya berawal pada masa Dinasti Ming periode pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487). Saat itu, Sang Kaisar memesan empat buah cawan bergambar ayam jago dan ayam betina pada pengrajin keramik khusus kekaisaran di daerah Jingdezhen (Propinsi Jiangxi)—yang terkenal menghasilkan keramik untuk istana sejak abad 6 M.
Kaisar Chenghua memesan empat buah cawan keramik dengan teknik doucai, khusus untuk dirinya dan istrinya sebagai tanda cinta. Cawan tersebut terkenal dengan istilah Jigangbei atau ‘cawan ayam’. Cawan itu terdiri dari gambar ayam jago, betina, dan anak ayam yang bermakna kemakmuran—banyak anak, banyak rejeki.
Kata Ji, yang berarti ‘ayam’, mirip bunyinya dengan kata Jia yang bermakna “rumah”. Sedangkan gambar tanaman peoni melambangkan kekayaan. Sementara pohon pisang dengan daun lebar bermakna “keberuntungan untuk keluarga”. Kaisar-kaisar Tiongkok begitu menyukai cawan ayam jago tersebut.
Di masa Dinasti Qing, mulai diproduksi secara massal. Masyarakat kelas menengah ke bawah di Tiongkok di masa itu hanya dapat menggunakan mangkuk bergambar ayam. Hal ini dikarenakan mangkuk-mangkuk bergambar naga, phoenix dan motif lainnya dibanderol dengan harga yang lebih mahaL.
Sekitar awal abad 20, mangkuk ayam jago mulai merambah dunia luas. Awalnya dibawa oleh para perantau, yang pabriknya berada di Provinsi Guangdong. Mangkuk itu lalu menyebar ke beberapa negara di Asia Tenggara.
Mangkuk ayam jago pun kian banyak diproduksi. Mulai dari menggunakan teknik gambar tangan hingga mesin. Saat ini, cawan ayam jago pada masa kekaisaran menjadi buruan bagi para kolektor barang antik di seluruh dunia.